hardiknas
    Peringkat 4 Lomba Blog Hardiknas 2011

Minggu, 24 April 2011

84H454 4L4Y

Ilustrasi penggunaan bahasa "alay"
Bagi para remaja, pasti akan lebih mudah mengerti apa arti judul posting blog diatas. Ya, disadari atau tidak, Bahasa “Alay” telah menjadi sebuah ‘kosakata’ percakapan wajib para remaja di kehidupan sehari-hari, terlebih lagi di dunia Internet atau pesan singkat (SMS).



Dua Penyebab
Bahasa yang ‘tidak jelas’ ini memiliki dua kemungkinan asal mula penggunaannya di Indonesia. Kemungkinan penyebab pertama timbulnya bahasa “Alay” ini adalah masuknya kosakata bahasa Inggris ke bahasa Indonesia yang ternyata sudah diresmikan dan masuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sebut saja kosa kata Kredibel, Kompatibel, dll. Lalu, penyebab kedua yang mungkin menjadi penyebab utama adalah maraknya penggunaan jejaring sosial dan aplikasi untuk mengobrol (Chatting) di kalangan masyarakat di Indonesia. Sebut saja Facebook, Twitter, Yahoo! Messenger, eBuddy, dsb. Dengan maraknya penggunaan jejaring sosial ini, para remaja di Indonesia mulai meniru para remaja negara barat dalam penulisan bahasa agar lebih singkat dan mudah dimengerti. Dan akhirnya, metode penggunaan bahasa singkat dan unik, “Alay” dengan cepat langsung mewabah ke hampir seluruh remaja di Indonesia.

Penggunaan
Saat pertama kali digunakan, bahasa “Alay” hanya menghilangkan huruf vokal dan mati seperti kata “Bagaimana” menjadi “bgmn”. Lalu dilanjutkan dengan penggantian substitusi kata dengan angka seperti kata “Tempat” menjadi “t4”, pengubahan vokal seperti kata “Cause” menjadi “coz”, pengubahan kosa kata agar terkesan “imut” seperti kata “Sorry” menjadi “Sori”, “Cory”, “Cowrie”, dsb., Penggunaan huruf kapital dan kecil seperti kata “Indonesia” menjadi “InDOnEsiA”, Sampai ke dekorasi kata dengan mengkombinasikan simbol, huruf dan angka seperti kata “Kabar” menjadi “K@b4R”.

Dampak bagi dunia pendidikan
Tanpa kita sadari, penggunaan bahasa “Alay” ini juga berdampak pada dunia pendidikan di Indonesia. Dengan semakin banyaknya penggunaan bahasa “Alay”, maka semakin menurun juga penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar bahkan sampai punahnya bahasa daerah. Tentu saja bila bahasa daerah ini punah, generasi penerus bangsa selanjutnya tidak akan dapat lagi mengetahui atau mempelajari keanekaragaman negara ini. Bahkan, mata pelajaran Muatan Lokal bahasa daerah juga ikut menghilang dari mata pelajaran pendidikan siswa/i sekolah di Indonesia.
Dan pilihan tersebut kembali tergantung kepada kita, sebagai generasi penerus bangsa saat ini, apakah kita ingin terus menggunakan bahasa ‘tidak jelas’, “Alay” atau ingin terus melestarikan bahasa daerah “Made By” nenek moyang kita. Inilah saatnya, kembali gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai sekarang!.

Artikel terkait :